Fase 'Cari Jodoh'

Siapa yang tidak pernah patah hati?

Rasanya, banyak orang yang mengalami patah hati. Fenomena yang cukup biasa, tidak hanya untuk kalangan muda. Sejak SMA, S1 hingga saat menempuh studi master pun saya pernah (sering) patah hati. Atau lebih tepatnya lebih sering merasakan yang namanya bertepuk sebelah tangan. Saking seringnya (menurut perhitungan saya), saya pernah tiba di fase marah dengan diri sendiri, orangtua, keadaan, mungkin juga Tuhan? Saya selalu bertanya, why? Kenapa untuk urusan yang satu ini dalam hidup saya tidak pernah berjalan mulus? Kenapa pria yang saya sukai tidak menyukai saya balik? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.

Rasa kecewa dan marah ini pun melewati beberapa fase. Hingga kira-kira tahun 2017, saat saya kembali ditolak oleh teman pria yang saya sukai, saya benar-benar merasa down. Saya bertanya, what's wrong with me, sebagai seorang wanita. Saya pun sempat bertanya ke beberapa teman lelaki atau perempuan saya, 'Biasanya apa sih yang disukai cowok? Apa sih yang dicari?'. Mungkin saat itu, saya meletakkan harga diri saya kepada apakah saya memiliki pasangan atau tidak. Being single felt so wrong, I felt that I am a failure as a woman. No one will like me ever. Itu yang seringkali saya pikirkan waktu itu.

Perasaan kecewa dan marah saya lalu berubah menjadi bitter. Saya bilang ke Tuhan, 'Oke Tuhan, kalau memang saya ditakdirkan single seumur hidup, gak masalah. I will work super hard and focus my life on working.' But, still it doesn't feel right. Karena saya merasa bitter, saya belum menerima kenyataan kalau saat itu saya masih belum bertemu pasangan. Fase saat itu adalah seperti anak kecil yang sedang ngambek saat keinginannya tidak dipenuhi dan berkata, 'If I don't get it, fine! I don't need it.' Kurang lebih seperti itu. 

Seiring berjalannya waktu, perasaan itu mulai berubah. Saya berusaha mencari jawaban, kenapa saya sering gagal dalam urusan cari-mencari jodoh ini. Saya membaca buku-buku dan berusaha fokus dengan diri saya sendiri. Lalu ada satu buku yang benar-benar seperti jawaban pertanyaan-pertanyaan saya. Buku berjudul 'How to be found by the man you've been looking for' karya Michelle Hammond. Buku ini fokus pada cerita Ruth dan Boaz yang ada dalam alkitab, karena kebetulan penulis buku ini adalah seorang Nasrani. Michelle membahas dalam bukunya bahwa, Ruth tidak pernah mencari Boaz. Ruth fokus pada dirinya, tugas-tugas, dan imannya. Dan Boaz pun menemukan sosok yang dia cari pada Ruth. Buku ini juga menjelaskan bahwa untuk menemukan cinta yang benar, kita harus 'kenyang' dan merasa cukup dengan diri sendiri terlebih dahulu. 'Lapar' akan cinta, akan membuat kita terburu-buru dan mengambil apa saja yang terlihat seperti cinta di depan mata, yang sayangnya seringkali salah. 

Setelah membaca buku itu, saya tidak tahu apa yang berubah dalam diri saya. Tetapi, kekecewaan dan kemarahan saya seperti hilang. Saya ingat sekali, saya pernah berkata, 'Ya, Tuhan, mulai sekarang hatiku bukan punyaku lagi. Hatiku saya kembalikan padaMu. Suatu saat nanti, titipkan hatiku pada orang yang baik menurutMu.' Setelah itu, selama 2 tahun saya sama sekali seperti lupa akan kerisauan saya soal jodoh.

Pada akhirnya saya memutuskan untuk menikah dengan suami saya sekarang, kurang lebih 3 tahun setelah saya membaca buku itu. Semua berjalan begitu saja, seperti memang sudah seharusnya seperti itu. Di ujung pencarian, yang saya temukan bukan hanya sosok suami yang sudah lama saya nantikan. Dengan kebaikan Tuhan, saya juga menemukan diri saya sendiri dengan segala fasenya sampai saya benar-benar bisa menerima kesendirian saya sebelum menikah. Mungkin itulah pelajaran paling berharga dari fase 'mencari jodoh' saya.


Komentar

  1. Kak, aku dalam fase ini sekarang. Felt so wrong for being single and my feeling towards someone is often unreciprocated. Like every time I've fallen in love. Seperti diberi petunjuk Tuhan, aku bisa sampai di sini dan baca blog kakak. Memang benar, aku harus fokus lagi untuk memperbaiki diri dan menyerahkan hatiku pada sang Kuasa.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer