Paskibraka, Mimpi Masa Kecil dan Realita

Mumpung masih tanggal 17 Agustus, dan bayik sudah bobo, mamak mau nulis sedikit mumpung ada ide.

Sewaktu kecil, sekitar umur SD, setiap tanggal 17 Agustus, saya pasti akan menyalakan TV untuk menonton upacara pengibaran dan penurunan bendera. Di pikiran saya yang masih sangat bocah, pasukan paskibraka itu super keren (dan memang sangat keren) bahkan sampai sekarang. Saya selalu terpesona melihat mereka yang berbaris rapi, menjalankan tugas setelah tentunya melewati karantina dengan latihan yang super berat, dijemur di bawah matahari setiap harinya, tidak mudah! Bahkan untuk menjadi paskibraka, tidak hanya butuh kesiapan fisik. Nilai rapor dan kegiatan ekstrakurikuler juga menjadi penilaian. Saya yang polos pun bermimpi untuk suatu saat menjadi paskibraka. 

Antusiasme saya pun terjawab saat di bangku SD (mungkin sekitar kelas 3 atau 4) saya diikutkan dalam kelompok untuk persiapan lomba gerak jalan. Saya ingat, berlatih dengan sangat disiplin, tidak pernah bolos, dan selalu bersemangat walaupun kepanasan setiap harinya. Tiba akhirnya hari lomba pun datang, saya berangkat pagi-pagi diantar oleh ayah saya menuju tempat perlombaan. Tapi di saat lomba akan dimulai, guru olahraga saya tidak menginstruksikan saya untuk bergabung dalam barisan. Teman teman saya pun pergi untuk berlomba, dan saya tertinggal sendiri, kebingungan kenapa saya tidak jadi lomba? Saya lupa detailnya setelah itu. Yang saya ingat hanyalah rasa kecewaaaaa yang sangat dalam. Barulah saya sadar, ternyata saya selama ini diposisikan sebagai cadangan. Yang saya sesalkan adalah saya tidak diberi informasi sejak awal, sehingga saya terlanjur menanti nanti datangnya hari lomba. Saya pun menunggui teman-teman saya, namun saya ingat saya mati-matian menahan tangis kecewa. Saya lupa bagaimana setelah itu, tapi ayah saya datang menjemput dan setelah pamit kepada guru saya, ayah pun membawa saya pulang.

Di jalan, oh sudah pasti, saya menangis sampai terisak isak dan sesenggukan. Kekecewaan yang saya tahan-tahan akhirnya pecah. Saya tidak ingat seperti apa respon ayah saya. Tapi saya cukup kaget saya benar-benar tidak ingat kejadian tersebut sampai sesaat sebelum saya menulis ini.

Di masa SMP saya tidak ingat banyak apakah saya mengikuti kegiatan baris berbaris. Namun, saat SMA saya masuk ke SMA semi militer boarding school, SMA Presiden di kota Cikarang. Judulnya saja sekolah semi militer dimana kegiatan baris-berbaris menjadi rutinitas. Di sebulan pertama masa orientasi, kegiatan kami dipenuhi salah satunya dengan baris-berbaris. Kami dilatih oleh kakak kelas dan juga pembina asrama yang berlatarbelakang militer, sebagian besar merupakan purnawirawan angkatan darat. Mungkin kecintaan saya pada paskibraka masih tersisa. Saya selalu bersemangat saat kegiatan baris berbaris, berusaha sebaik mungkin menunjukkan sikap tegak sempurna. 

Tetapi, realita berkata lain. Yap, badan saya mungil alias pendek, teman-teman. Tinggi badan saya yang tidak kunjung bertambah sejak kelas 3 SMP hingga sekarang, mentok di angka 147 cm. Mungkin faktor genetika (orang tua saya lebih sering bilang karena saya malas makan sayur saat kecil), atau ya memang nasib saja. Jangankan untuk jadi paskibraka, untuk gabung ekstrakurikuler paskib saja nyali saya ciut. Yes, saya menjadi super 'nyadar' dengan tinggi badan saya yang juga paling pendek seangkatan (Well, episode rasa insecure saya tentang tinggi badan saat SMA mungkin bisa jadi satu tulisan lain). Saya pun mengubur mimpi saya untuk menjadi anggota paskibraka. Tetapi sampai sekarang, saya masih menatap paskibraka dengan pandangan kagum. Maybe paskibraka is my real first love? LoL

Setelah saya pikir-pikir lagi, episode tentang paskibraka dalam kehidupan saya mengajarkan satu hal. Kita bisa jadi sangat menginginkan sesuatu, tapi takdir berkata lain 😃. Tidak perlu sedih berkelanjutan, cukup cari takdir yang lain 😁. Dan saya cukup senang, saya melihat paskibraka masih dengan mata yang sama seperti saat kecil, mata kekaguman.

Apa ada yang juga pernah bercita-cita jadi paskibraka?

Komentar

Postingan Populer