Membuang Entropi 'Kelabilan'
lari sebentar dari kewajiban belajar untuk UTS, karena mata ini mulai mengantuk, hehehe
Entah kenapa, tiba-tiba terpikir tentang kondisi teman-teman saya (atau mungkin termasuk saya) yang terlihat aneh (baca: labil) beberapa hari atau minggu terakhir.
Lalu, saya sempat bertanya-tanya, "Sebenarnya apa yang sedang di-labil-in?"
Tiap orang mungkin memiliki alasan yang berbeda, dan tidak ada alasan bagi kita (saya) melarang teman untuk me-labil. Saya sendiri terkadang juga suka labil. Apalagi jika saya tidak mampu meng-handle tugas dan akhirnya berakhir stress sendiri. Kalau bagi saya ini adalah alasan utama penyebab saya labil. Mungkin berlaku juga untuk beberapa rekan-rekan saya.
Tetapi, sebenarnya kelabilan (khususnya bagi mahasiswa) ini bisa kita hindari sejak dini *udah kayak penyakit DBD aja ^^
Mari kita runut dari masalah utama
Kelabilan atau mungkin bisa kita katakan 'ketidakstabilan diri', sepanjang pengamatan saya berasal dari diri yang tidak teratur. Jadi, stabil=teratur. Sehingga, labil=tidak teratur.
Apa saja yang tidak teratur pada diri kita sehingga kita bisa mengalami yang namanya 'labil'?
Oh, ada banyak tentunya...
Mulai dari waktu bangun pagi yang tidak teratur, makan tidak teratur, belajar di kelas tidak teratur (baca: tidak memperhatikan di kelas, ngelamun, tidur, dll), pengerjaan tugas tidak teratur (deadliner), pergaulan yang tidak teratur (misal, keseringan gosip yang gak begitu penting), belajar di rumah tidak teratur (belajar pas mau ujian doang), hingga mungkin ibadah yang tidak teratur (sholat bolong2, jarang doa, dsb)
.
Nah, ketidakteraturan-ketidakteraturan ini kemudian terakumulasi bagaikan entropi dalam suatu sistem (lah?). Tetapi, jika entropi dibuang dalam bentuk panas sehingga sistem akan seimbang, bedanya kita tidak membuang 'entropi' kita ini. Sehingga terjadilah 'akumulasi panas' dalam diri dan jiwa kita, yang kemudian menyebabkan suatu kondisi yang disebut dengan 'labil' atau 'galau' atau mungkin juga lama-lama bisa 'gila'.
Lalu, pertanyaannya...bagaimana kita bisa membuang ketidakteraturan ini sebelum terakumulasi atau bahkan mungkin meledak?
Coba kita tanyakan kepada teman-teman yang kelihatannya jarang 'labil'. Saya sendiri, jujur saja belum menemukan caranya, berhubung saya masih seringkali melakukan ketidakteraturan ini.
Tapi, ada satu jurus yang belakangan ini suka saya keluarkan, saat kelabilan (atau bisa dikatakan 'kemalasan') saya muncul.
Saya mengingat motivasi saya kembali.
Yang paling sederhana dan paling dekat dengan saya adalah...
Orang tua.
Saat saya mulai labil dan 'malas' untuk ngapa-ngapain (termasuk masuk kelas *parah banget, ya?) saya mengingat, buat apa orang tua saya buang duit banyak-banyak kalau akhirnya saya hanya malas untuk masuk kelas?
dan cara ini berhasil membuat saya bangun tidur, mandi, lalu bersiap untuk berangkat kuliah (tapi, belum berhasil saya praktekkan untuk mengerjakan tugas tidak deadline :P)
Yah, mungkin teman-teman sekalian punya cara masing-masing untuk menghilangkan kelabilan ini.
Tetapi, satu hal yang selama ini bisa saya tangkap adalah...kelabilan itu merugikan, teman-teman. Banyak hal yang tidak bisa kita raih saat kita labil karena pada saat jiwa kita labil, pikiran kita lah yang terdistorsi. Padahal, untuk melakukan sesuatu dengan benar dibutuhkan pikiran yang jernih.
Tapi, mungkin kita butuh labil, agar tetap ingat Tuhan :) (asal ingetnya gak cuma pas labil aja)
Jadi, teman-teman...sebagai mahasiswa yang baik, ayo kita 'SAY NO TO LABIL' hahahaha :D
*Notes ini saya dedikasikan untuk teman-teman seperjuangan saya, yang sama-sama suka labil seperti saya :D
Komentar
Posting Komentar