Refleksi = Pantulan = Evaluasi Diri dan Sekitar

Sumber: Wailingcity.com
3 Februari 2012
Sedikit Refleksi di semester 5
Refleksi tahun 2011 yang mungkin sedikit terlambat…

.
Apa saja yang sudah terjadi di semester 5 kehidupan kampusku?
Banyak hal, tapi aku saja  yang tidak pandai mengingatnya satu per satu. Mulai dari (lagi-lagi) niat awal semester untuk menjadi mahasiswa yang lebih baik, yang entah kenapa sulit untuk dievaluasi begitu semester berakhir. Rasanya aku harus mulai menetapkan ‘parameter keberhasilan’ seperti yang seringkali diucapkan oleh ‘anak litbang’ dari organisasi

kampus mana pun. Di waktu yang sudah sedikit terlambat untuk mengevaluasi diri ini, saat aku menemukan ternyata diriku tidak menjadi lebih baik, apa yang akan kulakukan? Menghukum diri kah? Well, lupakan. Ini hanya sedikit pikiran random dari seseorang yang sedang mencari-cari alasan untuk kembali menulis namun berakhir meluapkan apa pun yang sedang berseliweran di kepalanya. Mungkin, kali ini aku akan mulai dari aktivitas yang kulakukan lima hari dalam seminggu...Berkuliah.
.
Berkuliah
Berkuliah. Pergi ke kampus. Duduk di kelas. Mendengar. Mencatat. Mengerjakan tugas. Diskusi. Ujian.
Jika diminta untuk mendefinisikan kuliah, mungkin kata-kata predikat itulah yang akan kusebutkan. Sederhana memang, tapi hal itulah yang mendominasi saat kau sedang Berkuliah. Tidak banyak yang berubah dari gaya belajar yang kulakukan hingga kini. Mendengarkan, mencatat hanya hal yang kuanggap penting dan tidak ada di buku, meletakkan catatanku di sembarang tempat yang entah kenapa selalu berhasil kutemukan jika aku membutuhkannya, mencatat daftar tugas di kepala dan mengerjakannya di saat-saat akhir, melakukan persiapan ujian dengan santai, mengerjakan ujian tanpa beban, dan meninggalkan ruang ujian pun tanpa beban. Dan begitu semester selesai, aku pun melihat nilai tanpa beban. Ya, aku hanya tidak ingin memikirkan beban yang menurutku tidak perlu kupikirkan yang akan membuatku stres sendiri. Hasil adalah hasil, akan seimbang dengan usaha yang telah dikerjakan. Saat kau menemukan bahwa hasilmu tidak memuaskan, tentunya usaha pun berarti tidak maksimal. Tidak ada gunanya menyesali hasil yang buruk saat kita bahkan tidak bisa menyadari bahwa itu berasal dari usaha yang tidak optimal. Bukan hasil yang seharusnya dikeluhkan, tetapi usaha lah yang harus dievaluasi.
.
Tapi, terkadang kita tidak bisa membedakan antara 'tanpa beban' dan 'tidak peduli'. Mungkin saja, sekarang aku bahkan tidak tahu di sayap sebelah mana sikapku cenderung berpihak sekarang ini.
.
Bagaimana jika dilihat dari mata kuliah?
Hmm...
Diurut hari mungkin, biar mudah diingat.
Senin
Proses Pengendalian dalam Sistem Bioproses. Mata kuliah abstrak yang bikin hampir seisi kelas terpelongo karena nilai yang benar-benar unpredictable di akhir semester. Kalau ingin didefinisikan dengan simpel, buatku ini seperti gabungan fisika dan kalkulus didasari dengan sedikit neraca massa dan gambar teknik. Jika hanya berbicara mengenai bagaimana mengendalikan suatu proses mungkin tidak akan sesulit bila diminta untuk memodelkan pengendalian tersebut dalam bentuk matematis. Integral, diferensial, dan limit adalah hal yang hampir selalu ditemui di sini. Jika mengingat bagaimana aku tidak menyukai (atau memang tidak mengerti?) baik kalkukus atau pun fisika, rasanya reaksiku cukup wajar saat mengetahui hasil akhirnya. Hmm...
.
Bioenergi. Mata kuliah pilihan yang seharusnya diambil di semester 7, namun diambil di semester 5 olehku dan beberapa teman. Bioetanol, biogas, dan biodiesel pun tidak akan lepas dari materi diskusi di kelas. Jika sampai sebelum UTS, kebanyakan kami memperoleh lecturing dari seorang dosen tampan bernama Pak Misri Gozan, maka selepas UTS kami kembali memperoleh lecturing khas oleh Prof. Anondho Wijanarko. Tidak ada banyak kesulitan di mata kuliah ini, seperti halnya mata kuliah pilihan lain. Ditutup dengan UAS 'meringkas' mengenai mikroalga yang berpotensi menjadi sumber daya untuk bioenergi, maka mata kuliah ini pun ditutup dengan akhir bahagia.
.
Selasa (ditambah hari tanpa kejelasan lainnya)
Praktikum Proses dan Operasi Teknik I (POT I). Mata kuliah yang sangat kutakuti begitu aku memasuki hari pertama kuliah di semester 5 namun berujung 'hampir tidak membebani' di hari-hari akhir semester 5. Memang benar kata orang, 'Tak kenal maka tak sayang'. Hal yang serupa terjadi pada pandanganku tentang mata kuliah cukup merepotkan satu ini. Tanpa bayangan akan seperti apa mata kuliah ini, aku dan teman-teman mulai berasumsi yang tidak-tidak juga karena dipengaruhi gosip-gosip dari senior mengenai si abang POT. Mulai dari ribetnya bikin laporan akhir, dosen modul tertentu yang killer dan ribet, hingga tes awal maupun tes akhir yang 'suka-suka dosen'. Tes awal pun menjadi momok saat kami belum mengenal betul wajah si tes awal ini. Ketentuan 'tidak lulus tes awal, tidak bisa praktikum', membuat kami mematok bahwa kami harus lulus tes awal. Padahal, begitu aku menyelesaikan semester 5 ini, hal yang tiba-tiba terpikir adalah 'Apa yang salah dengan mengulang tes awal?'. Jawabannya? Tidak ada. Tidak ada yang salah dengan mengulang suatu hal yang belum mampu dikuasai untuk kemudian mengulang dengan harapan hasil yang lebih baik, bukan?
.
Ya, walaupun yang namanya 'mengulang mata kuliah' adalah hal terakhir yang diharapkan dari seorang mahasiswa setelah Drop Out...
.
Rabu
Ekonomi Teknik. Bagaimana jika Ekonomi dan Teknik digabungkan? Ya, jadilah sebuah mata kuliah yang penuh dengan rumus, metode dan analisis tertentu untuk kasus tertentu. Bagaimana menilai jika suatu proyek patut dilaksanakan atau tidak, memilih proyek yang sebaiknya dilakukan, ataupun memilih untuk membeli suatu alat atau tidak berdasarkan keuntungan yang didapatkan...dan semuanya harus dinilai dengan uang. Mengajarkan kita untuk menjadi materialistis? Mungkin saja. Yang jelas, mata kuliah yang entah kenapa terlihat sedikit kapitalis bagiku ini akan sangat memusingkan jika tidak ada sistem open sheet saat ujian karena berarti kau harus menghafalkan semua rumus dan metode yang telah diajarkan.
.
Kamis
Perpindahan Massa dalam Sistem Bioproses. Mata kuliah yang terasa begitu 'dewa' sebelum UTS dan terasa begitu santai begitu UTS berakhir. Diajar oleh seorang profesor hebat yang banyak disukai oleh mahasiswa, sistem pengajaran dilakukan dengan lecturing, tugas, serta kuis satu angkatan yang terasa lebih horor dibandingkan UAS sekalipun. Hal yang kuperoleh dari mata kuliah satu ini adalah 'pasang telinga dan buka mata saat kuliah' karena akan terasa sangat berbeda jika kau tidak mendapat apa pun di kelas. Selain itu, sebisa mungkin untuk mengerjakan tugas sendiri karena jika tidak maka kuis dan UTS akan menjadi hal paling menakutkan sepanjang semester.
.
Rekayasa Reaksi Hayati. Mata kuliah 'duet dosen' yang sangat berbeda ini: Prof. Anondho dengan gayanya yang luar biasa santai dan sangat mengerti 'kondisi mahasiswa' serta Dr. Heri Hermansyah yang memiliki 'jadwal sendiri', singkat, padat, dan kejelasan tergantung mahasiswa masing-masing, kelihatannya cukup disukai kebanyakan mahasiswa yang mengikuti kuliah ini. Jika sebelum UTS, kami bertemu dengan berbagai penurunan rumus laju reaksi untuk reaksi kinetika yang paling sederhana hingga kinetika enzim, setelah UTS kami bertemu dengan berbagai metode untuk menentukan variabel tertentu yang ada dalam kinetika, misalkan konstanta reaksi ataupun laju reaksi. Hasilnya? Rasanya, jika kami terus hadir, mengerjakan semua tugas dan ikut ujian, mustahil untuk tidak mendapat nilai memuaskan.
.
Jumat
Statistik dan Probabilitas. Mengingatkanku pada bab Statistik di kelas 2 SMA semester 1, dimana aku mendapat nilai 20 untuk ujian bab Statistik. Sulit? Rasanya tidak. Isinya berkisar pada mean, median, modus, peluang, dan metode penentuan probabilitas kejadian dalam kasus-kasus. Mungkin 'nalarnya yang tidak kena'. Tetapi, menyalahkan nalar rasanya tidak benar juga. Kenyataan tentang sifat ujian open sheet sebenarnya cukup menghindarkan kami dari penghapalan rumus dan urutan metode. Walaupun pada akhirnya 'nalar' harus tetap jalan dan open sheet bukan berarti tidak harus belajar.
Aaah, teringat sesuatu di mata kuliah ini. Walaupun tidak berada di kelas yang sama, banyak cerita yang kudengar dari teman-temanku tentang dosen baru yang 'kurang sensitif' terhadap kondisi mahasiswa. Cerita yang membuatku sedikit menahan geli adalah saat UAS dimana sifat ujian adalah open sheet A4 bolak-balik. Dosen ini adalah dosen pertama yang kudengar mengatur bangku ujian berdasarkan nomor absen mahasiswanya, dimana yang kuingat hal ini hanya terjadi di bangku sekolah. Belum selesai di situ, sang dosen pun berkeliling untuk mengecek 'cheat sheet' mahasiswanya dan tanpa ragu akan mengambil 'sheet berjumlah lebih', 'sheet fotokopi-an', ataupun merobek sheet yang berukuran lebih dari A4 menjadi berukuran A4. Aneh? Menurutku ini lucu. Aku tidak akan menjelaskan mengapa aku menganggapnya lucu, tapi itu hal terlucu yang bisa kutemukan dari seorang dosen.
.
Sabtu dan Minggu
Main. Ya, cukup satu kata. Kurasa pembaca pun akan mengerti apa maksudnya.
.
.
Berselisihan
Berteman, berbagi, bercerita, berfilsafat, membandingkan hal satu dengan yang lain, mendukung satu hal lalu meremehkan hal lain, menyukai ataupun mengacuhkan sesuatu dan seseorang, banyak hal yang bisa disebutkan untuk menjelaskan beberapa waktu yang telah kulewati ini. Banyak perselisihan yang kutemukan di kampusku yang kecil dan notabene dengan kata 'konkret, solid, kritis' dan beragam kata sifat lain yang seringkali digandengkan dengan sebuah fakultas tempatku belajar. Kata-kata sifat yang aku tidak yakin telah kupahami, maupun aku yakin teman-temanku yang lain telah memahaminya secara konseptual. Lebih tepatnya, mungkin aku berusaha untuk tidak memahaminya. Mengapa? Karena aku sadar akan banyak hal menyenangkan yang aku lepaskan jika aku memaksa diri untuk memahami kata-kata yang sungguh 'abstrak' ini.

Aku tidak akan menyalahkan apa pun atau siapa pun. Hal-hal miring terkait 'budaya' dan 'kultur' fakultas biru yang kuketahui cukup kusimpan di otakku yang kecil ini saja. Hal-hal yang bagus? Akan kuusahakan untuk kuberitahukan kepada orang yang kukenal. Bukan, untuk promosi tentunya. Hanya untuk meluapkan atas suatu hal yang kusukai mengenai tempat ini. Politik kampus, kaderisasi dan sebagainya? Ah, sudahlah. Aku orang yang cukup skeptis untuk hal-hal macam ini. Bukannya tidak peduli atau dikadali, macam judul sebuah tulisan Bapak Ade Armando di blog, hanya saja saat kau tahu bahwa masuk ke dalam sebuah sistem sama saja bagaikan kau masuk dalam lingkaran setan, rasanya tidak salah untuk memilih 'apatis asalkan tidak anarkis'. Dan teman-teman di luar sana, percayalah kalian akan butuh orang-orang skeptis untuk diyakinkan.
.
Sudah banyak kutemui teman-temanku yang idealis, yang memiliki mimpi setinggi bintang dan harapan seluas samudera. Mereka pun merencanakan beribu cara untuk meraih mimpi tersebut. Ada yang individual, ada pula yang komunal. Tak salah, tak ada yang salah, karena apa yang dimimpikan dan dilakukan adalah hal-hal yang positif. Mereka mengajarkan untuk bersikap struktural dan menjunjung 'manajerial waktu' yang semoga saja tidak hanya jadi wacana ataupun alasan saat sesuatu berjalan dengan kurang lancar. Caranya pun benar. Tidak ada yang terlibat narkoba atau pun miras. Tidak salah bukan?
.
Banyak pula kutemui teman-temanku yang tidak se-idealis yang lain dan lebih memperhatikan cukup hal-hal kecil saja di sekitar mereka. Ada yang individual, ada pula yang komunal. Cenderung apatis? Mungkin saja. Tetapi, tidak pesimis rasanya. Mereka juga tak salah, karena yang dilakukan pun adalah yang baik dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang-orang terdekat. Walau terkadang terkesan strict dan unnegotiable, mereka dipastikan akan menyelesaikan banyak hal secara tepat waktu.
.
Lalu jika kedua 'klub' ini berselisih? Ah, dapat dibayangkan apa yang akan terjadi. Aku telah melihatnya beberapa kali selama satu semester terakhir ini. Sulit memang, menyatukan dua hal yang berbeda, walaupun tidak bertolak belakang. Keduanya punya kepentingan, cita-cita, dan cara masing-masing. Saat salah satu merasa dirugikan ataupun tidak dianggap begitu penting oleh pihak yang lain, perbedaan pendapat tak akan terelakkan. 

Jadi, apa yang bisa dilakukan untuk mengembalikan semuanya menjadi normal?

Saling percaya, menghormati, dan bertoleransi. Kadar toleransi? Tentunya semua orang memiliki batas yang berbeda. Tidak mudah memang mengetahui kemampuan seseorang dalam mentoleransi sesuatu. Tetapi, kita cukup dewasa dan cukup cerdas untuk menangkap rasa tidak toleran seseorang dari raut muka dan nada bicaranya bukan? Tidak semua orang terlahir peka, memang. Tetapi, berusaha peka, rasanya sudah mencapai nilai 50% dari peka itu sendiri.

Seorang teman yang menurutku tidak termasuk dari kedua 'klub' di atas mengatakan bahwa orang-orang sepertinya yang terlampau santai biasanya menjadi korban dari 'perang dingin' kedua 'klub' tersebut. Korban pendengar. Tidak bisa meng'iya'kan atau pun men'tidak'kan pendapat mereka. Tidak punya pendirian? Tidak juga. Mereka hanya tidak ingin salah bicara dan membuat semuanya bertambah sulit. Terima kasih, teman, hahahaha :D
.
.
Sumber: 1.bp.blogspot.com
Hal yang tersempatkan
Mendalami hobi, menonton bersama teman, merayakan ulang tahun teman, bercanda, arisan (hahaha, ini yang paling seru), menyatakan rasa suka(?), rapat, mencari dana kegiatan, pulang ke rumah walau dirantau, dan merayakan ulang tahun bersama teman, adalah hal-hal yang tersempatkan (atau disempatkan?) untuk dilakukan kali ini. Tidak banyak memang, namun sangat berkesan. Terlalu berkesan malah. Tapi hal-hal kecil dan sederhana macam ini lah yang akan sulit ditemukan saat sedang sibuk dan akan sangat dirindukan saat sudah beranjak dewasa.
Kadang-kadang kita terlalu terpaku pada hal besar yang sulit diprediksi, sehingga kita melupakan hal-hal kecil yang sebenarnya sangat mudah untuk dilakukan.
Masalah bahagia? Kebahagiaan adalah kemampuanmu untuk menerima sesuatu dengan senang hati. Suatu hal sederhana yang kadang sulit dirasakan. Tidak peduli faktor kebahagiaanmu adalah hal kecil atau hal besar, jika bisa berbahagia, maka bergembiralah.
.
.
Hal acak yang tidak terstruktur
Mungkin tulisan (atau curahan hati?) ini sulit dipahami atau pun sulit diterima. Tetapi ini semua tidak lebih dari rangkaian huruf dari keyboard laptop yang ditekan oleh sepasang tangan. Berantakan dan ngalor ngidul mungkin pantas dipredikatkan untuk posting kali ini. Berharap tulisan kali ini akan bisa menjadi doa agar dapat lebih rajin menulis (mengetik?) selanjutnya...







Komentar

Postingan Populer