[Movie Review] Masuk ke Dunia Lain ~ Di Balik 1998

Oh jangan kira kalau post kali ini tentang review film dengan judul 'Masuk ke dunia lain'

Di post kali ini saya akan mereview beberapa hasil tontonan saya dua bulan terakhir. What I mean by 'Into the other world' is the phenomena where lately I found myself drown into the black curtain, the loud sound of a movie studio.

Belakangan saya sangat sering menghabiskan waktu menonton di bioskop sendirian. Padahal dulu, saya paling anti dengan yang namanya nonton sendirian. Kok rasanya sedih banget, hahaha. Tapi, belakangan hal ini menjadi menyenangkan. Who will think that watching movie alone will be a fantastic experience where you have all the time for yourself, indulging your imagination?

Here are some movies I've watched the last 2 months. This post will review 'Di Balik 1998'

Di Balik 1998
Saya 'iseng' menonton ini sepulang kerja di Senin malam because one of my friend said it is a good movie, so yeah I tried to watch it.
Film ini berusaha menggambarkan apa yang terjadi dari sebelum, selama, dan setelah kerusuhan 1998 di Indonesia. Menceritakan dari beberapa sudut pandang tokoh, seorang prajurit angkatan darat yang beristrikan pegawai di dapur istana negara, adik iparnya yang merupakan mahasiswi aktivis di Universitas Trisakti serta kekasih mahasiswi tersebut yang merupakan keturunan Tiongkok dan juga seorang pemulung.
Berhubung saat kerusuhan 1998 terjadi saya masih duduk di bangku SD, saya tidak ingat bagaimana hingar bingarnya saat itu. Tetapi, dengan melihat film ini, sedikit lebih saya bisa membayangkan bagaimana kacaunya saat itu. Harga-harga kebutuhan pokok yang terus naik dan mencekik leher rakyat ... dalam film ini digambarkan dengan antrian minyak tanah dengan harga yang sangat mahal. Demo dan kerusuhan oleh mahasiswa, bagaimana para tentara bersitegang dengan mahasiswa ... saat menonton ini saya membayangkan seandainya saya yang ada di sana saat itu, saya pasti tidak akan kuat.
Orang jaman dulu kuat-kuat ya ...
Bagaimana film ini diceritakan dari beberapa sudut pandang menurut saya cukup unik. Dari sisi prajurit yang harus menjaga keamanan dan kestabilan negara, mengamankan demonstrasti, namun di sisi lain memiliki keluarga yang juga harus dijaga. Dari sisi mahasiswi aktivis dengan semangat membela rakyat yang menggebu-gebu, (mungkin) nyaris tidak peduli dengan nyawa sendiri. Dari sisi aktivis lain yang merupakan keturunan tiongkok, melihat bagaimana tetangga-tetangganya dan keluarganya sendiri diburu dalam kondisi kecemburuan rasisme yang tidak masuk akal. Juga dari sisi pemulung, yang tidak mengerti apa-apa tentang yang sedang terjadi, hanya berusaha supaya dirinya dan anaknya bisa makan, pihak yang justru sebenarnya paling menderita di sini.
Film pun ditutup dengan adegan damai sekitar 10 atau 15 tahun kemudian, dimana sang mahasiswi bertemu kembali dengan kekasihnya dulu yang ternyata menyelamatkan diri ke negeri Singapura. Mereka bertemu kembali dalam kondisi damai, dimana masing-masing telah memiliki keluarga sendiri.
Jika anda mencari film dengan nilai historis dan pembelajaran, film ini cukup bagus untuk ditonton. Namun, pace yang terus tinggi dari awal hingga hanya sesaat sebelum akhir cerita, jujur membuat saya sedikit bosan. Yah, mungkin karena latar belakangnya kerusuhan, jadi mau tidak mau pacenya dibuat seperti itu.


See you on the next review! 
- The 7th Son
- Jupiter Ascending
- Dragon Blade
- Cinderella

Komentar

Postingan Populer